Akhirnya nyampe juga. Alhamdulillah. Perjalanan kali ini ga terasa banget. Beneran. Tiba-tiba aja nyampe. Yaiyalah kan aku pake pintu-kemana-sajanya Doraemon. Oke aku seneng banget kalo ada yang percaya walau kelihatannya mustahil ada yang percaya. Tapi emang lebih baik gausa percaya aja daripada entar percaya percaya terus entar sulit di percaya (?). Oke gausa di pikirin. Intinya perjalanan kali ini bener-bener ga terasa.
Oya perjalanan aku kali ini beda banget dengan perjalanan-perjalanan aku yang sebelumnya. Kali ini hampir tak pernah mataku terpejam!! Bayangkan itu bre, aku-siputritidur-dalam perjalanan kali ini hampir ga pernah tidur. It’s so amazing you know? Ya mungkin kelihatannya biasa aja tapi itu bagi orang yang gatau aku bagi orang yang tau aku itu kebonya kebangetan pasti ga nyangka hal ini bisa terjadi.
Well, mungkin ada beberapa faktor yang menjadi alasan utama tak terpejamnya mataku kali ini. Yang pertama, di bus aku duduk dekat jendela. Dan aku gak bisa berhenti memandangi apa saja yang tertangkap oleh mataku. Yang kedua, mungkin (ini baru mungkin ya) karena aku headset baru *soundtrack : keong racun* <--- oke ganyambung. Ya tidak salah teman-teman sekalian aku headset baru!!!! Headset yang model headband gitula. Ya jadinya sepanjang perjalanan aku dengerin musik pake tuh headset full volume non stop. Kepalaku pun mulai goyang-goyang. Tengoklah betapa maroknya diriku. Terakhir kuping aku sendiri yang sakit. Untung headset nya ga rusak. Huft malang nian nasib tuh hedset. Faktor yang terakhir karena ini pejalanan menuju kampong aku. Ya kampung aku memang di Aceh. Tepatnya di bernun (tulisannya sebenernya ga gini, lebih ribet. Mirip tulisan Inggris gitula, cuman malas kali nulis yang betul nya entar kebelit pulak lidah anak orang pas bacanya). Tapi ini aku bukan ke bernun nya, justru ke Idi Rayeuk, tempat kerja bapakku. Hehe
Selama perjalanan ini aku mendapatkan beberapa pelajaran. Ketika aku sedang asik memperhatikan orang-orang sambil mendengarkan musik. Mataku tertuju pada sesosok ibu-ibu yang menawarkan barang dagangannya kepada setiap penumpang bus. Ia kelihatan tertatih-taih dan kesulitan. Namun satu yang membuat hatiku berdesir. Ia melakukan itu dengan sebuah senyuman. Dari senyuman itu seperti tampak ia bahagia melakukan pekerjaannya. Seolah-olah iya sangat mensukuri apa yang ia punya. Aku tertegun, kenapa aku tak bisa seperti dia? Tersenyum menghadapi apapun. Teringat ketika aku tak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan aku mengeluh. Dengan cepat aku melupakan bahwa nikmat tuhan begitu banyak telah aku dapatkan. Di bandingkan dengan ibu itu pasti aku jauh lebih beruntung, namun kenapa aku masih sering mengeluh? Merengut dan sulit tersenyum. Aku harus belajar banyak dari ibu itu. Seseorang seperti dia saja bisa menghargai dan mensyukuri hidup, kenapa aku enggak? Padahal kenikmatan tuhan itu justru telah banyak aku dapatkan. Alhamdulillah, terimakasih ya Allah atas segala rahmat dan kenikmatan yang kau berikan padaku selama ini.
Selama perjalanan juga aku melihat di jalanan, tampak seorang ibu sedang mengiring sebuah sepeda bersama anaknya yang duduk di kursi penumpang sepeda itu. Di situ tampak ia sangat sayang kepada anaknya. Kembali aku di ingatkan oleh Tuhan bahwa aku mempunyai seorang ibu yang juga sangat sayang kepadaku. Itupun terkadang aku masih sering mengeluh kalau ia tidak mengizinkan ku melakukan hal yang aku inginkan. Padahal yang dia lakukan itu juga karena sayang sama aku.
Aku bersyukur masih di berikan kesempatan untuk melihat semua ini. Karena ini semua sama saja seperti teguran buat aku. Dari sini aku berjanji dan akan berusaha untuk merubah semua sikap aku, aku akan selalu bersyukur atas nikmat dan karunia yang akuu terima selama ini :)
Ass,Wr,Wb. Drooping by to my blog, samo2 urang awak.
BalasHapus